Majulah LEMAHDUWUR, Makin Jaya Pokoke

…..Mari Kito Sedoyo Sareng2 mbangun LEMAHDUWUR…..

Senin, 19 Desember 2011

CINTANYA BERPALING PADAKU


Icha membanting tubuhnya di atas ranjang. Matanya berkaca-kaca, masih tidak percaya. Rio, cowok dengan postur tinggi & item manis. Orang yang selama ini ia kenal sebagai pacar dari Fina, salah satu sahabat karibnya. Dan dia tahu betul, Fina sangat mencintainya, dengan segala cara Fina mati-matian untuk mempertahankan cinta Rio. Tetapi, kejadian tak disangka tiba-tiba terjadi. Rio menyatakan cinta padanya. Ini pasti akan menjadi sebuah dilema cinta.
“Aku sayang kamu, aku cinta kamu..??”
“Apa aku salah, Cha..??”
“Aku rela memutuskan Fina, kenapa, itu karena aku tidak bisa membohongi perasaanku padamu Cha”.
Kata-kata itu selalu terngiang di telinganya. Beberapa jam yang lalu, Rio mengatakan semua yang ada dalam hatinya. Masih tak habis pikir, merasa dunia tak adil. Gadis yang sekarang duduk di bangku kelas XI SMA menangis sejadinya. Walaupun tak mengeluarkan suara.
Ia kehilangan semua moodnya untuk belajar. Untung besok adalah hari minggu, yang dia anggap adalah hari kebabasan untuk meluangkan waktu dan membuang semua kejenuhan yang dihadapi setelah disuguhi seabreg kegiatan dan pelajaran di sekolah.
“Tuhan, What happen with me..??”
Dalam hati ia selalu bertanya-tanya.
“Arrrghhh, kenapa semua ini terjadi padaku?”
“Apa yang akan dikatakan Fina kepadaku jika ia tau semua ini. Apa yang akan dikatakan oleh teman-temanku?”
“Aku tak bisa, aku bukan perebut cowok orang !”
***
Lalu ditelfonlah Dony, sahabat sekaligus sepupu. Yang dia anggap adalah sahabat yang paling gokil dalam segala perbuatan juga aktivitasnya sehari-hari, yang paling penting tentu bisa mengerti setiap dia berkeluh kesah padanya.
“Tuutt… Tuutt… Tutt…”
“Hallo, selamat malam, pembasmi serangga siap membantu anda”
“Kami akan melayani anda seprofessional mungkin. Semua jenis serangga akan kami basmi”. Hehehe….
Suara bercanda Dony terdengar dari kejauhan. Tetapi ia belum bisa bicara, bibirnya masih kaku untuk mengucapkan kata-kata. Suaranya serak, karena hampir dua jam dia menangis.
“Hallo, selamat malam, pembasmi serangga siap membantu anda”
“Kami akan melayani anda seprofessional mungkin. Semua jenis serangga akan kami basmi”. Hehehe….
Dony mengulangi kata-katanya.
Dan barulah ia mengucapkan kata-kata yang terdengar serak.
“Aku mau curhat Don. Aku bingung, harus bagaimana..??”
Dan langsung saja dony, dengan keisengannya menjawab.
“Wakh,, ada yang salah nich. Minum obatnya ketuker sama racun tikus ya..??”
Dengan nada memelas serta suara serak Icha menjawab.
“Serius ini, ada waktu kan buat dengerin?”
Dengan PD-nya dony langsung menjunjung tinggi rasa persahabatan & persaudaraan. Tentu dengan versinya sendiri. “Ia… ia… maaf, buat sahabatku. Apa sich yang nggak.. hehe..??”
“Gini don, kamu tahu Rio kan?”
“Ia, tahu. Pacarnya Fina kan? Ada apa dengan dia?”
“Dia tadi ke rumahku, dia bilang sangat mencintaiku, dia memaksa aku jadi pacarnya.”
“Yess..!!”
“Ko, Yess. Emang kenapa?”
“Aku bakal dapat traktiran makan gratis nich” hehehe
“Akkhh,, Donyyyy… jangan bercanda dulu kenapa sich..?? Orang lagi serius juga”. Suara memelas dan manja keluar dari mulut Icha.
“Ia,, maaf lagi dech. Emang kenapa, toh kamu lagi jomblo, orangnya biarpun item manis, cakep juga, lumayan lah?” kata Dony mencoba menghibur.
“Bukan itu masalahnya, kamu nggak pernah tau kan kalau Fina sangat mencintai Rio..?? Dia mati-matian mempertahankan cinta hanya untuk seorang Rio. Kemarin ada 2 cwok yang nembak Fina, juga dia tolak”. 
“Ooo… begitu, terus mau bagaimana?”
“Aku bingung, aku nggak tahu, apa yang harus aku lakukan”.
“Ya, udah, besok aku temenin ke rumah Fina, nglurusin masalah ini baik-baik. OK?”
“Hah,, apa kamu sudah gila. Mau bilang Fina ke aku. Bisa-bisa aku akan langsung kena semprotan dari Fina?”. Sontak saja icha langsung mengeluarkan kata-kata emosinya.  Dengan santai dan bijaksananya dony menjawab.
“Terus… mau sampai kapan kamu pendam? Kalau Fina sudah tahu pasti semuanya akan terasa tenang & masalah clear. Mau nggak, kebetulan besok hari Minggu, aku juga libur kerja. Kalau nggak mau ya sudah”.
Ichapun bingung memikirkan semua itu. Mungkin sudah buntu pikirannya. Dan mau saja mengikuti ajakan sahabatnya.
“Ia dech, tapi kamu yang ngmong ya..??
“Lhoo. Kok aku sih, yang punya problem kan kamu”
Lagi-lagi icha dengan memelas dengan setengah merayu. Dia paling tahu kelemahan Dony. Kalau dony tidak akan tega melihat orang kesusahan, apalagi seorang perempuan.
“Ayo donk, please. Bantu aku, katanya sahabatku”
Dan benarlah, dony langsung menyetujui permintaanya.
“Ya udah, sekarang aku mau tidur dulu. Ngantuk banget.”
“He’Em,, makasih don. Besok pagi langsung ke rumahku ya..??”
“Ia..ia.. aku pagi-pagi ke rumahmu. Udah ya, tinggal ½ watt nich. Bye…” “Tut…tut…tut..”
Telponpun diputuskan oleh Dony. Dengan setengah menggerutu. Huh, kebiasaan banget. Belum dimatiin, udah dimatiin duluan.
Tetapi, icha juga sangat tau kalau dony kecapean habis kerja seharian. Apalagi kerja di bidang jasa, pasti sangat capek. Menghadapi 1001 macam karakter orang, tapi selalu dia bisa membuat dirinya tersenyum seperti sekarang ini. Makanya dia memasukkan dony ke daftar sebagai sahabat yang paling baik. Walaupun kadang memang membuat kesal setengah mati. Akhirnya, ichapun mencuci mukanya yang lusuh oleh air mata telah kering. Lalu merebahkan badan serta memejamkan mata. Karena Icha juga sangat capek, setelah seharian diboombardir ulangan 3 mata pelajaran. Ditambah lagi Rio yang barusan membuat dirinya kaget, hampir mencopot jantungnya.
***
Minggu yang cerah adalah hari yang asyik bagi para kaum muda. Apalagi yang sudah punya pasangan. Mereka pasti akan memanfaatkan momentum itu untuk sekedar berjalan-jalan mungkin atau aktivitas lainnya, walaupun dalam 1 bulan ada 4 kali hari minggu, tetapi tidak ada bosannya menunggu hari minggu tiba. Tetapi, tidak bagi Icha sekarang, yang sedang diberondong dengan sejuta masalah baginya. Ketika dia bangun, sangat malas untuk beraktivitas. Padahal biasanya hari minggu adalah hari yang paling istimewa dalam hari-harinya. Dengan langkah lesuh, dia menuju kamar mandi untuk menyegarkan badan sebelum dony datang. Icha tidak mau, dony nyerocos menceramahinya ketika ia datang, belum sempat mandi. Kemarin dony sudah berjanji akan datang pagi-pagi.
***
“Permisi… tok… tok… tok…”.
Suara dony berubah menjadi kakek-kakek, ketika mengetuk pintu untuk menemui Icha di rumahnya. Dan langsung mama icha yang sedang berada di dapurpun langsung bergegas membukakan pintu untuk tamunya. Ketika mamanya yang tak lain adalah tantenya membukakan pintu.
“Ya ampuuunnnn,,,, kamu lagi, kamu lagi don, gak ada kapoknya ya ngerjain tante”. Dengan setengah kesal mama icha mengomeli ponakannya yang isengnya kadang keterlaluan. Memang, tidak Cuma 1 kali mama icha tertipu dengan ulahnya dony. Tapi, ya seperti biasa dony hanya melontarkan senyum khasnya untuk tantenya itu, seolah tak mempunyai dosa sedikitpun.
“Hehehehe… maaf, Tan. Ichanya ada..??”
“Awas,, ya, sekali lagi..!! Ada, baru selesai mandi tuch”
“Yaudah masuk, tante lagi masuk, ntar gosong lagi”
“Ia… ia… ia… ngomel mulu, cepet tua tan. Hehehehe”
Lagi-lagi dony membuat kesal kepada tantenya. Sehingga tantenya pun mengeluarkan jurusnya.
“Ya ampuunn,, ini anak satu. Berbalik sambil menjewernya”
“Peace… Tan. Peace… Ampun !!” bujuk dony kepada tantenya agar melepaskan tangan dari telinganya.
Ada apa sich, pagi-pagi dah ribut-ribut. Kayak anak kecil aja”. Tiba-tiba icha muncul dari dalam.
“Udah-udah, mama ke dapur lagi, gosong tuch masakan”, lalu mama ichapun kembali ke dapur meninggalkan keponakannya yang super rese itu. Icha sudah tahu betul kelakuan sepupunya kepada mamanya. Ichapun langsung meluruskan permasalahan kepada dony, dan mengajak ke rumah fina.
“Jadi, gimana..?? ke rumah fina sekarang..??” tanya icha kepada dony.
“Nggak, besok aja sekalian” Dony menjawab dengan agak ketus, karena kesal.
“Hehehe… ia.. ia.. ayo berangkat, jangan manyun begitu”, canda icha kepada dony. Akhirnya mereka berdua menuju ke rumah fina.
***
Tapi apa yang terjadi, tanpa disangka, tanpa direkayasa, dan di luar skenario, kalau bahasa pertelevisian. Sesampainya di rumah fina, rio & fina sedang di ruang berdua seperti larut dalam kesedihan. Ichapun melangkah lemas, ketika dipersilahkan duduk oleh fina. Bagaimana tidak sahabat yang selama ini jadi pendengar setia ketika icha sedang diberondong masalah dalam hidupnya. Sekarang ia bersedih karena dilema yang menyangkut dirinya. 10 menit mereka berempat membisu. Suasana menjadi sangat amat dramatis seperti di film Titanic ketika Jack menyelamatkan kekasihnya Rose. Atau mungkin seperti Fahri di Ayat-Ayat Cinta ketika dihadapkan kepada dua perempuan yang dicintainya. Dony anak super resepun hanya diam ikut larut dalam suasana pagi itu.
“Cha… aku akan ikhlas jika semua ini yang terbaik untuk rio, semua ini memang sudah suratan. Kamu jauh lebih baik daripada aku. Please banget, bahagiain dia. Kita akan tetap bersahabat. Aku hanya memohon 1 permintaan saja, jangan pernah kau sakiti dia”. Fina memecah kebisuan sambil meneteskan air mata.
“Tapi fin..??” belum selesai icha berpendapat, sudah dipotong dulu oleh Rio.
“Fin, kamu percaya kan. Semua akan indah jika kamu menerimanya dengan tulus..?? Cinta ini akan mengalir seperti air di sungai. Cinta ini akan abadi jika kamu memang cinta dengan persahabatan ini. Fina sudah rela aku untukmu, aku tinggal menunggu keputusanmu”.
Fina tak mampu berkata-kata lagi, kepalanya berat tak tertahankan. Jiwanya seperti akan keluar dari raganya.
Suara teleponpun berdering, icha dengan setengah sadar mengambil dan melihat “Rio memanggil..”. Icha baru sadar ternyata semua yang dialaminya adalah mimpi. Jantungnya masih berdegup dengan kencangnya. Darahnya mengalir deras. Keringat dinginpun keluar. Apakah ini pertanda akan mulainya segala mimpi itu. Hanya Icha dan Tuhan yang tau. 


*) Mohon dg sangat, jika mengcopy cantumkan nama pengarang. :)

Oleh : Dory Ramadhan [Rabu, 2 November 2011]

Selasa, 06 Desember 2011

LEGENDA & SEJARAH DESA LEMAHDUWUR


I.             Legenda Dan Sejarah Desa
a.      Legenda Desa
Desa Lemahduwur berasal dari suku kata Lemah (berarti tanah), dan Duwur (berarti tinggi). Dalam pengertian istilah dari nama tersebut adalah bahwa Lemahduwur adalah ada tanah yang sebagian tidak pernah terendam air/banjir karena paling tinggi di pojok desa (RW. 04).

Desa Lemahduwur terdiri dari 2 dukuh yaitu Lemahduwur dan Plempukan, sekitar tahun 1936 Desa Lemahduwur Blengketan (Bahasa Jawa) yang artinya gabungan dari 2 Desa, yaitu Desa Karang Tepung dengan Kepala Desa Mbah Satra, sedangkan Desa Lemahduwur Kepala Desanya Mbah Komali.

Kenapa dinamai Desa Lemahduwur..?? Karena pada saat Blengketan antara Desa Lemahduwur dan Karang Tepung dimenangkan oleh Desa Lemahduwur yaitu 2 : 1. Karena Plempukan memilih atau bergabung dengan Lemahduwur sebagai Kantor Desa sehingga Karang Tepung tidak menjadi Desa lagi, hanya sebagai Dukuh/Dusun.

Konon Desa Lemahduwur, daerah yang menurut legendanya mempunyai karakteristik atau sifat Daerah yang berbeda,  dengan  penjelasan sebagai berikut :

1)      Dukuh Lemahduwur
Daerah ini merupakan darat dan persawahan, konon dahulu kala kawasan ini adalah hasil babad desa yang dilakukan oleh seorang Pendekar Perempuan yang bernama Mbah Buyut Anjani yang berasal dari Timur, dan diyakini bahwa makam Mbah Anjani terletak di Makam Blok Lemahduwur sebelah Timur Kantor Desa Lemahduwur [TPU di RW. 001]. Dahulu kala, ketika tanah ini dibabad ada seekor Lutung Ranggon. Watak hewan tersebut sifatnya pendiam, menerima, dan tidak pernah berbuat ulah, dan kental dengan sifat kekeluargaan. Dan ini dapat dibuktikan dengan kerukunan yang dituangkan dalam kegiatan Guyuban dan penyelenggaraan wayang atau yang lainnya, yang sifatnya kerukunan.

2)      Dukun Plempukan
Daerah ini berada disebelah utara Dukuh Lemahduwur, dahulu tanah ini dibabad oleh Mbah Mertinggi yang kini makamnya ada di makam Mertinggi [TPU di RW. 002], konon ketika dibabad ada alur sungai kecil yang ada ikan blenduk (ikan gabel) dengan karakter ikan ini suka mengendus setelah makan diam di tempat dan mencari lagu setelah lapar. Hewan ini bersifat bergerombol dalam satu rumpun tidak jauh dari induknya. Tidak punya ulah yang bermacam-macam. Di sini juga ada pertabatan yang disebut Mbah Galunggung [dengan makam di tengah-tengah wilayah RW. 001], sampai sekarang masih ada untuk dikenang oleh masyarakat sekitar. Mbah Galunggung dikenal suka hiburan kesenian, dulu kala tempat ini dikenal sebuah pasar dan beliau meninggal di sebuah pasar yang sedang ada kesenian tayub dan kemudian dikebumikan di sini.

3)      Dusun Karang Tepung

Konon, dahulu Dukuh Karang Tepung yang dulu berupa alas kecil yang angker, dibabad oleh Mbah Buyut Kopek dan juga dulu daerah in dinamai Grecek, kata grecek ini berasal dari sumuran yang berada di glugon yang mengeluarkan air berbunyi krecek-krecek, dan kebiasaan orang Jawa untuk lebih mudah pengucapan menjadi grecek. Dan perlu diketahui bahwa daerah ini ketika sekitar tahun 1940 terjadi tukar guling antara Sikayu dengan Lemahduwur. Dan konon cerita hutan ini ketika dibabad ada seekor kera, daerah ini karakteristiknya adalah orang-orangnya suka bepergian tidak suka menetap didaerah atau pergi ke suatu tempat untuk mencari makanan, dengan cara bergerombol. Sifatnya berpencar mencari sesuatu yang diinginkan, acuh tidak suka usil dengan urusan orang lain, bebas tidak suka dikekang, suka mengeluarkan pikiran dan emosi.

b.      Sejarah Desa
1)      Sejarah Pemerintahan Desa
(1)   MANGKUHARJO                                      
(2)   KOMALI
(3)   ABU YAMIN
(4)   SUKARDI
(5)   MADAKRAM
(6)   YASAM
(7)   WALUYOWATI
(8)   HM. JABIR HUDA AL-MANSYUR
(9)   SUGENG WIDODO sampai sekarang
Bahwa konon cerita pada jaman kepemimpinan Mbah Komali ada dua Kepala Desa Karang Tepung, yaitu :
Ø      Tidak diketahui.
Ø      Mbah SURA.
Ø      Mbah SETRA.
Ø      Mbah MANGKUHARJO, pada jaman Belanda.
Ø      Mbah KOMALI, pada jaman pendudukan Belanda.
Ø      Mbah ABU YAMIN, pada jaman pendudukan Jepang.
Ø      Mbah SUKARDI, pada jaman pendudukan Belanda kedua (NICA).
Ø      Mbah MADAKRAM, pada tahun 1950 dan perlu diketahui bahwa Mbah Madakram jadi Kepala Desa bersamaan dengan Pembangunan Sier Kali Kagol, Pemerintahan beliau sampai dengan tahun 1979.
Ø      Mbah YASAM, pada tahun 1980 sampai dengan tahun 1986.
Ø      Mbah Putri WALUYOWATI, pada tahun 1989 s/d 1999.
Ø      Mas HM. JABIR HUDA AL-MANSYUR, pada tahun 1999 s/d 2006.
Ø      Mas SUGENG WIDODO, pada tahun 2007 sampai sekarang.
2)      Sejarah Pembangunan
Pada masa penjajahan Belanda, Jepang dan Belanda kedua di Lemahduwur belum ada pembangunan, SR (Sekolah Rakyat) yang hanya sampai kelas 3 (tiga), itupun sekolah masih menumpang di masyarakat yang mampu ketika itu, setela itu didirikan sekolah SR yang dibangun dengan sangat sederhana, dibuat dengan dinding dari bambu dan atap dari daun kelapa atau jerami. Setelah pengalihan Pemerintahan Ordelama ke Ordebaru kurang lebih tahun 1970-an baru dirintis sekolah-sekolah terbuat dari dinding bata. Setelah tahun 1977 ada INPRES dan juga saat itu mulai ada pembangunan Jaringan Irigasi dari Sempor dengan upah berupa blugur dan sarden.
Pada masa pemerintahan Kepala Desa Yasam (1980-1986), pada awal pemerintahan Mbah Yasam ada pembangunan ABRI MASUK DESA (AMD) yaitu Pembangunan jalan Desa antara Pertigaan RW. 02 sampai ke SDN Lemahduwur dan juga Pemerintah Desa berhasil membangun Gedung Pemerintah Desa yang disebut Balai Desa Lemahduwur. Dalam Pembangunan dilanjutkan oleh Kepala Desa Ibu Waluyowati, pada pemerintahan tersebut ada proyek Padat Karya yaitu Pembangunan Saluran Irigasi maupun Daenase yang ada di Desa Lemahduwur, pada tahun 1989 sampai dengan 1992 serta rehab Balai Desa, Gedung PKK Desa dan Gedung Kios PUPUK. Pada tahun 1999 sampai dengan 2006, pembangunan dilanjutkan oleh HM. Jabir Huda Al-Mansyur yaitu Makadam Jalan Musholla, rehab sekolah SD yang ambruk pada tahun 2001, dan betonisasi jalan. Hingga tahun 2008 oleh Kepala Desa Sugeng Widodo makadam jalan, pengaspalan jalan, talud pengaman jalan Desa. Dan rehab gedung TK Tunas Harapan Desa Lemahduwur.  

Sumber : Arsip Desa Edited : Dory P. Ramadhan

Senin, 05 Oktober 2009

---@ CINTA LELAKI BIASA @---

MENJELANG hari H, Nania masih sukar mengungkapkan alasan kenapa dia mahu menikah dengan lelaki itu. Setelah melihat ke belakang, hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sedar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama, kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Nania.
Mereka ternyata sama herannya.
“Kenapa?” tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi.
Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yang barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka.
Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!
Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap. Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka.
“Kamu pasti bercanda!”. Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania bercanda.
Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!“Nania serius!” tegasnya sambil menebak-nebak, apa lucunya jika Rafli memang melamarnya. “Tidak ada yang lucu,” suara Papa tegas, “Papa hanya tidak mengira Rafli berani melamar anak Papa yang paling cantik!” Nania tersenyum. Sedikit lega karena kalimat Papa barusan adalah pertanda baik. Perkiraan Nania tidak sepenuhnya benar sebab setelah itu berpasang-pasang mata kembali menghujaninya, seperti tatapan mata penuh selidik seisi ruang pengadilan pada tertuduh yang duduk layaknya pesakitan.
“Tapi Nania tidak serius dengan Rafli, kan?” Mama mengambil inisiatif bicara, masih seperti biasa dengan nada penuh wibawa, “maksud Mama siapa saja boleh datang melamar siapapun, tapi jawabannya tidak harus iya, toh?”Nania terkesima “Kenapa?”
Sebab kamu gadis Papa yang paling cantik. Sebab kamu paling berprestasi dibandingkan kami. Mulai dari ajang busana, sampai lomba beladiri. Kamu juga juara debat bahasa Inggris, juara baca puisi seprovinsi. Suaramu bagus! Sebab masa depanmu cerah. Sebentar lagi kamu meraih gelar insinyur.Bakatmu yang lain pun luar biasa. Nania sayang, kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun yang kamu mau!
Nania memandangi mereka, orang-orang yang amat dia kasihi, Papa, kakak-kakak, dan terakhir Mama. Takjub dengan rentetan panjang uraian mereka atau satu kata ‘kenapa’ yang barusan Nania lontarkan.“Nania Cuma mau Rafli,” sahutnya pendek dengan airmata mengambang di kelopak.
Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat.Parah. “Tapi kenapa?” Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa. Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya.
“Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania!”Cukup! Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihat pencapaiannya hari ini?
Sayangnya Nania lagi-lagi gagal membuka mulut dan membela Rafli.Barangkali karena Nania memang tidak tahu bagaimana harus membelanya.Gadis itu tak punya fakta dan data konkret yang bisa membuat Rafli tampak ‘luar biasa’. Nania Cuma punya idealisme berdasarkan perasaan yang telah menuntun Nania menapaki hidup hingga umur duapuluh tiga. Dan nalurinya menerima Rafli. Disampingnya Nania bahagia. Mereka akhirnya menikah.***
Setahun pernikahan.Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik di belakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya, Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar tampak di mata mereka.
Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau cara dia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat bahagia.“Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania.”
Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan.Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak percaya.”Nia, siapapun akan mudah mencintai gadis secantikmu!”
“Kamu adik kami yang tak hanya cantik, tapi juga pintar!”“Betul. Kamu adik kami yang cantik, pintar, dan punya kehidupan sukses!”.Nania merasa lidahnya kelu. Hatinya siap memprotes. Dan kali inidilakukannya sungguh-sungguh. Mereka tak boleh meremehkan Rafli.
Beberapa lama keempat adik dan kakak itu beradu argumen.Tapi Rafli juga tidak jelek, Kak!.Betul. Tapi dia juga tidak ganteng kan?Rafli juga pintar!.Tidak sepintarmu, Nania.Rafli juga sukses, pekerjaannya lumayan.
Hanya lumayan, Nania. Bukan sukses. Tidak sepertimu.Seolah tak ada apapun yang bisa meyakinkan kakak-kakaknya, bahwa adik mereka beruntung mendapatkan suami seperti Rafli. Lagi-lagi percuma.
“Lihat hidupmu, Nania. Lalu lihat Rafli! Kamu sukses, mapan, kamu bahkan tidak perlu lelaki untuk menghidupimu.”
Teganya kakak-kakak Nania mengatakan itu semua. Padahal adik mereka sudah menikah dan sebentar lagi punya anak.
Ketika lima tahun pernikahan berlalu, ocehan itu tak juga berhenti.Padahal Nania dan Rafli sudah memiliki dua orang anak, satu lelaki dan satu perempuan. Keduanya menggemaskan. Rafli bekerja lebih rajin setelah mereka memiliki anak-anak. Padahal itu tidak perlu sebab gaji Nania lebih dari cukup untuk hidup senang.
“Tak apa,” kata lelaki itu, ketika Nania memintanya untuk tidak terlalu memforsir diri.“Gaji Nania cukup, maksud Nania jika digabungkan dengan gaji Abang.”Nania tak bermaksud menyinggung hati lelaki itu. Tapi dia tak perlu khawatir sebab suaminya yang berjiwa besar selalu bisa menangkap hanya maksud baik.“Sebaiknya Nania tabungkan saja, untuk jaga-jaga. Ya?”
Lalu dia mengelus pipi Nania dan mendaratkan kecupan lembut. Saat itu sesuatu seperti kejutan listrik menyentakkan otak dan membuat pikiran Nania cerah. Inilah hidup yang diimpikan banyak orang. Bahagia!
Pertanyaan kenapa dia menikahi laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa, tak lagi mengusik perasaan Nania.
Sebab ketika bahagia, alasan-alasan menjadi tidak penting.Menginjak tahun ketujuh pernikahan, posisi Nania di kantor semakin gemilang, uang mengalir begitu mudah, rumah Nania besar, anak-anak pintar dan lucu, dan Nania memiliki suami terbaik di dunia. Hidup perempuan itu berada di puncak!Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dan kiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama.
Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik.Cantik ya? dan kaya!.Tak imbang! Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi Nania belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak.Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun waktu itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania menangis.***
Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu dari waktunya.
“Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera dikeluarkan!”.Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke dalam rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil. Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit.
Hanya waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, dan menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta orangtua Nania belum satu pun yang datang Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapi pembukaan berjalan lambat sekali.“Baru pembukaan satu.”.”Belum ada perubahan, Bu.”
“Sudah bertambah sedikit,” kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan.”Sekarang pembukaan satu lebih sedikit.”Nania dan Rafli berpandangan. Mereka sepakat suster terakhir yang memeriksa memiliki sense of humor yang tinggi.
Tigapuluh jam berlalu. Nania baru pembukaan dua. Ketika pembukaan pecah,didahului keluarnya darah, mereka terlonjak bahagia sebab dulu-dulu kelahiran akan mengikuti setelah ketuban pecah. Perkiraan mereka meleset. “Masih pembukaan dua, Pak!”
Rafli tercengang. Cemas. Nania tak bisa menghibur karena rasa sakit yang sudah tak sanggup lagi ditanggungnya. Kondisi perempuan itu makin payah.Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya.
“Bang?”.Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan. “Dokter?” .”Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar.”Mungkin?.Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu?. Bagaimana jika terlambat?
Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.
Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam perahu yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun.Terakhir, telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya, dan langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan diri.
Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir.
Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat.“Pendarahan hebat.”.Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah!
Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis.Mama Nania yang baru tiba, menangis. Papa termangu lama sekali.Saudara-saudara Nania menyimpan isak, sambil menenangkan orangtua mereka. Rafli seperti berada dalam atmosfer yang berbeda. Lelaki itu tercenung beberapa saat, ada rasa cemas yang mengalir di pembuluh-pembuluh darahnya dan tak bisa dihentikan, menyebar dan meluas cepat seperti kanker.Setelah itu adalah hari-hari penuh doa bagi Nania.***
Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik dari kediamannya ke rumah sakit. Ia harus membagi perhatian bagi Nania dan juga anak-anak. Terutama anggota keluarganya yang baru, si kecil. Bayi itu sungguh menakjubkan, fisiknya sangat kuat, juga daya hisapnya.
Tidak sampai empat hari, mereka sudah oleh membawanya pulang.Mama, Papa, dan ketiga saudara Nania terkadang ikut menunggui Nania di rumah sakit, sesekali mereka ke rumah dan melihat perkembangan si kecil.Walau tak banyak, mulai terjadi percakapan antara pihak keluarga Nania dengan Rafli.
Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit, kecuali untuk melihat anak-anak di rumah. Syukurnya pihak perusahaan tempat Rafli bekerja mengerti dan memberikan izin penuh.
Toh, dedikasi Rafli terhadap kantor tidak perlu diragukan.Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU.
Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra.
Rafli percaya meskipun tidak mendengar, Nania bisa merasakan kehadirannya.“Nania, bangun, Cinta?”
Kata-kata itu dibisikkannya berulang-ulang sambil mencium tangan, pipi dan kening istrinya yang cantik.
Ketika sepuluh hari berlalu, dan pihak keluarga mulai pesimis dan berfikir untuk pasrah, Rafli masih berjuang. Datang setiap hari ke rumah sakit, mengaji dekat Nania sambil menggenggam tangan istrinya mesra. Kadang lelaki itu membawakan buku-buku kesukaan Nania ke rumah sakit dan membacanya dengan suara pelan.
Memberikan tambahan di bagian ini dan itu. Sambil tak bosan-bosannya berbisik, “Nania, bangun, Cinta?”
Malam-malam penantian dilewatkan Rafli dalam sujud dan permohonan.Asalkan Nania sadar, yang lain tak jadi soal. Asalkan dia bisa melihat lagi cahaya di mata kekasihnya, senyum di bibir Nania, semua yang menjadi sumber semangat bagi orang-orang di sekitarnya, bagi Rafli.
Rumah mereka tak sama tanpa kehadiran Nania. Anak-anak merindukan ibunya. Di luar itu Rafli tak memedulikan yang lain, tidak wajahnya yang lama tak bercukur, atau badannya yang semakin kurus akibat sering lupa makan.Ia ingin melihat Nania lagi dan semua antusias perempuan itu di mata, gerak bibir, kernyitan kening, serta gerakan-gerakan kecil lain di wajahnya yang cantik. Nania sudah tidur terlalu lama.
Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya.
Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmata yang meleleh.
Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi.
Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa.
Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun terakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak ke sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta.
Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur.Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Nania selalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh?
Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli.
Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar.Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut.
Anak-anak, seperti juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitu bertahun-tahun.
Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari. Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat.Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik.
“Baik banget suaminya!”“Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua!”“Nania beruntung!”“Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya.”“Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta. Sedikit pun tak pernah bermuka masam!”Bisik-bisik serupa juga lahir dari kakaknya yang tiga orang, Papa dan Mama.Bisik-bisik yang serupa dengungan dan sempat membuat Nania makin frustrasi, merasa tak berani, merasa?
Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi?
Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan.Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi sempurna. Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya.
Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Nania.

Karya : Asma Nadia

Kamis, 27 Agustus 2009



Bintang

saat matahari terbenam
tak lama kemudian kau menampakan sinar

di atas ribuan juta org
kau sll bersinar terang
hiasi sang malam

berteman sang rembulan
kau sll stya memancarkan sinarmu
dg s-Juta harapan

kau sll terlihat riang & senang
kau tak pRnah mengeluh diatas sana
tak peRNah merasaKan Gelisah

ingin Q spt-mu
yg sll bisa memberikan sinar-mu
pada setiap INSAN

walopun kau bersama berjuta-juta teman
tapi kau tak pernah bertengkar

karna kau sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa ….


by : Dory

“Kejujuran adalah Anggur dari Kehidupan”

Senin, 17 Agustus 2009

Marhaban Ya Ramadhan

Seluruh umat Islam kini menyerukan 'Marhaban Ya Ramadhan, Marhaban Ya Ramadhan", selamat datang Ramadhan, Selamat datang Ramadhan. Di masjid-masjid, musholla, koran-koran, stasiun televisi dan radio dan berbagai mailing list, ungkapan selamat datang Ramadhan tampil dengan berbagai ekpresi yang variatif.
Setiap media telah siap dengan dengan sederet agendanya masing-masing. Ada rasa gembira, ke-khusyu'-an, harapan, semangat dan nuansa spiritualitas lainnya yang sarat makna untuk diekpresikan. Itulah Ramadhan, bulan yang tahun lalu kita lepas kepergiannya dengan linangan air mata, kini datang kembali.Sejumlah nilai-nilai dan hikmah-hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa pun marak dikaji dan kembangkan. Ada nilai sosial, perdamaian, kemanusiaan, semangat gotong royong, solidaritas, kebersamaan, persahabatan dan semangat prularisme. Ada pula manfaat lahiriah seperti: pemulihan kesehatan (terutama perncernaan dan metabolisme), peningkatan intelektual, kemesraan dan keharmonisan keluarga, kasih sayang, pengelolaan hawa nafsu dan penyempurnaan nilai kepribadian lainnya. Ada lagi aspek spiritualitas: puasa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, ketaqwaan dan penjernihan hati nurani dalam berdialog dengan al-Khaliq. Semuanya adalah nilai-nilai positif yang terkandung dalam puasa yang selayaknya tidak hanya kita pahami sebagai wacana yang memenuhi intelektualitas kita, namun menuntut implementasi dan penghayatan dalam setiap aspek kehidupan kita.Yang juga penting dalam menyambut bulan Ramadhan tentunya adalah bagaimana kita merancang langkah strategis dalam mengisinya agar mampu memproduksi nilai-nilai positif dan hikmah yang dikandungnya. Jadi, bukan hanya melulu mikir menu untuk berbuka puasa dan sahur saja. Namun, kita sangat perlu menyusun menu rohani dan ibadah kita. Kalau direnungkan, menu buka dan sahur bahkan sering lebih istemawa (baca: mewah) dibanding dengan makanan keseharian kita. Tentunya, kita harus menyusun menu ibadah di bulan suci ini dengan kualitas yang lebih baik dan daripada hari-hari biasa. Dengan begitu kita benar-benar dapat merayakan kegemilangan bulan kemenangan ini dengan lebih mumpuni.Ramadhan adalah bulan penyemangat. Bulan yang mengisi kembali baterai jiwa setiap muslim. Ramadhan sebagai 'Shahrul Ibadah' harus kita maknai dengan semangat pengamalan ibadah yang sempurna. Ramadhan sebagai 'Shahrul Fath' (bulan kemenangan) harus kita maknai dengan memenangkan kebaikan atas segala keburukan. Ramadhan sebagai "Shahrul Huda" (bulan petunjuk) harus kita implementasikan dengan semangat mengajak kepada jalan yang benar, kepada ajaran Al-Qur'an dan ajaran Nabi Muhammad Saw. Ramadhan sebagai "Shahrus-Salam" harus kita maknai dengan mempromosikan perdamaian dan keteduhan. Ramadhan sebagai 'Shahrul-Jihad" (bulan perjuangan) harus kita realisasikan dengan perjuangan menentang kedzaliman dan ketidakadilan di muka bumi ini. Ramadhan sebagai "Shahrul Maghfirah" harus kita hiasi dengan meminta dan memberiakan ampunan.Dengan mempersiapkan dan memprogram aktifitas kita selama bulan Ramadhan ini, insya Allah akan menghasilkan kebahagiaan. Kebahagiaan akan terasa istimewa manakala melalui perjuangan dan jerih payah. Semakin berat dan serius usaha kita meraih kabahagiaan, maka semakin nikmat kebahagiaan itu kita rasakan. Itulah yang dijelaskan dalam sebuah hadist Nabi bahwa orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan.Pertama yaitu kebahagiaan ketika ia "Ifthar" (berbuka). Ini artinya kebahagiaan yang duniawi, yang didapatkannya ketika terpenuhinya keinginan dan kebutuhan jasmani yang sebelumnya telah dikekangnya, maupun kabahagiaan rohani karena terobatinya kehausan sipritualitas dengan siraman-siraman ritualnya dan amal sholehnya.Kedua, adalah kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya. Inilah kebahagian ukhrawi yang didapatkannya pada saat pertemuannya yang hakiki dengan al-Khaliq. Kebahagiaan yang merupakan puncak dari setiap kebahagiaan yang ada.Akhirnya, hikmah-hikmah puasa dan keutamaan-keutaman Ramadhan di atas, dapat kita jadikan media untuk bermuhasabah dan menilai kualitas puasa kita. Hikmah-hikmah puasa dan Ramadhan yang sedemikian banyak dan mutidimensional, mengartikan bahwa ibadah puasa juga multidimensional. Begitu banyak aspek-aspek ibadah puasa yang harus diamalkan agar puasa kita benar-benar berkualitas dan mampu menghasilkan nilai-nilai positif yang dikandungnya. Seorang ulama sufi berkata "Puasa yang paling ringan adalah meninggalkan makan dan minum". Ini berarti di sana masih banyak puasa-puasa yang tidak sekedar beroleh dengan jalan makan dan minum selama sehari penuh, melainkan 'puasa' lain yang bersifat batiniah.Semoga dengan mempersiapkan diri kita secara baik dan merencanakan aktifitas dan ibadah-ibadah dengan ihlas, serta berniat "liwajhillah wa limardlatillah", karena Allah dan karena mencari ridha Allah, kita mendapatkan kedua kebahagiaan tersebut, yaitu "sa'adatud-daarain" kebahagiaan dunia dan akherat. Semoga kita bisa mengisi Ramadhan tidak hanya dengan kuantitas harinya, namun lebih dari pada itu kita juga memperhatikan kualitas puasa kita.

SEMOGA AMAL IBADAH KITA DITERIMA DI SISI ALLAH SWT Amien....

Minggu, 09 Agustus 2009

Sekilas Lemahduwur

Lemahduwur sudah pasti orang beranggapan bahwa Lemahduwur adalah Gunung/Pegunungan Lemah=Tanah duwur=tinggi, maaf anda salah besar Lemahduwur adalah salah satu desa di Kecamatan Kuwarasan. Lemahduwur tidak asing lagi bagi tetangga desa, ya Lemahduwur adalah desa yang penduduknya paling banyak membuat lanting di Kecamatan Kuwarasan atau mungkin di Kabupaten Kebumen tentunya. Memang mayoritas penduduk disana sebagai pembuat lanting. Lemahduwur memang sangat strategis letaknya, desa itu diapit oleh dua Jl. Raya = Jl. Karang Bolong & Jl. Puring, jadi kita bisa naik jurusan Karang Bolong atau Jl. Puring bila kita mau ke pasar gombong atau ke tempat lain yang melewati Jl. Raya itu. Dan di LMD terdapat 3 (tiga) bangunan Masjid yaitu di Plempukan, Karangtepung, dan Lemahduwur bagian selatan & banyak Musholla disetiap RW, selain itu disitu terdapat 2 sekolah dasar yaitu SDN I Lemahduwur & MI Ma’arif Lemahduwur. Sekarang kepala desa Lemahduwur adalah Sugeng Widodo yang sudah menjabat ± 2 tahun menjadi kepala desa. Saya pribadi hanya bisa berharap semoga Lemahduwur menjadi salah desa tauladan di Kecamatan atau kalau bisa di Kabupaten, he…he,,,he…. Yang jelas bisa semakin jaya dalam bidang apapun (yang positif tentunya). Hidup Lemahduwur.

Cukup semanten informasi Lemahduwur saking Kawulo nek katah luput teng penulisan nopo ejaan nggih nyuwun pangapunten, namine niki lagi belajar. Ngenjing nek tesih katah waktu kulo terasaken. Salam buat semua para pembaca dan seluruh penduduk Lemahduwur sing kenal kalih kulo.

Sabtu, 08 Agustus 2009

MI Lemahduwur


MI Lemahduwur adalah salah satu sekolah di desaku tercinta Lemahduwur, yang terletak di RT. 04/04 Desa Lemahduwur Kec. Kuwarasan Kab. Kebumen. Dan aku Dory Azza DEch (Dory) adalah salah satu alumni dari situ. MI Lemahduwur memang tergolong banyak muridnya dan memang mempunyai kapasitas murid paling banyak dari MI Se-Kecamatan Kuwarasan. Tetapi sekolahku dulu sekarang sdh ganti nama menjadi MI Ma'arif. Tetapi tidak apa ganti sebuah nama yang penting kualitasnya bagus & oke, dan saya berharap MI Ma'arif Lemahduwur menjadi MI unggulan Se-Kecamatan Kuwarasan dan Kalau bisa se-Kabupaten, he...he....he,,,, & semoga guru-gurunya makin professional dalam mengamalkan ilmunya kepada penerus bangsa dan negara, amien. Dan ga' ketinggalan RA Al-Fatah yang juga masih gabungan dengan MI Ma'arif Lemahduwur yang dikepalai oleh Bu TOYIMAH. Dan semoga guru-guru yang membaca ini masih ingat dengan saya Dory Azza DEch, saya merasa bangga pernah diajarkan oleh mereka yang dengan tulus, sabar, dan tanpa menyerah membimbingku dan teman-temanku semuanya. Dan satu lagi harapan saya semoga tidak ada permusuhan dengan sekolah tetangga SDN I Lemahduwur dan semoga kedua sekolah ini bisa bekerja sama dan membawa nama baik sekolah masing-masing. Amien