I.
Legenda Dan
Sejarah Desa
a. Legenda Desa
Desa Lemahduwur
berasal dari suku kata Lemah (berarti tanah), dan Duwur (berarti tinggi). Dalam
pengertian istilah dari nama tersebut adalah bahwa Lemahduwur adalah ada tanah
yang sebagian tidak pernah terendam air/banjir karena paling tinggi di pojok
desa (RW. 04).
Desa Lemahduwur
terdiri dari 2 dukuh yaitu Lemahduwur dan Plempukan, sekitar tahun 1936 Desa
Lemahduwur Blengketan (Bahasa Jawa) yang artinya gabungan dari 2 Desa, yaitu Desa
Karang Tepung dengan Kepala Desa Mbah
Satra, sedangkan Desa Lemahduwur Kepala Desanya Mbah Komali.
Kenapa dinamai Desa
Lemahduwur..?? Karena pada saat Blengketan antara Desa Lemahduwur dan Karang
Tepung dimenangkan oleh Desa Lemahduwur yaitu 2 : 1. Karena Plempukan memilih
atau bergabung dengan Lemahduwur sebagai Kantor Desa sehingga Karang Tepung
tidak menjadi Desa lagi, hanya sebagai Dukuh/Dusun.
Konon Desa
Lemahduwur, daerah yang menurut legendanya mempunyai karakteristik atau sifat
Daerah yang berbeda, dengan penjelasan sebagai berikut :
1)
Dukuh Lemahduwur
Daerah ini merupakan
darat dan persawahan, konon dahulu kala kawasan ini adalah hasil babad desa
yang dilakukan oleh seorang Pendekar Perempuan yang bernama Mbah Buyut Anjani
yang berasal dari Timur, dan diyakini bahwa makam Mbah Anjani terletak di Makam
Blok Lemahduwur sebelah Timur Kantor Desa Lemahduwur [TPU di RW. 001]. Dahulu
kala, ketika tanah ini dibabad ada seekor Lutung Ranggon. Watak hewan tersebut
sifatnya pendiam, menerima, dan tidak pernah berbuat ulah, dan kental dengan
sifat kekeluargaan. Dan ini dapat dibuktikan dengan kerukunan yang dituangkan
dalam kegiatan Guyuban dan penyelenggaraan wayang atau yang lainnya, yang
sifatnya kerukunan.
2)
Dukun Plempukan
Daerah ini berada
disebelah utara Dukuh Lemahduwur, dahulu tanah ini dibabad oleh Mbah Mertinggi
yang kini makamnya ada di makam Mertinggi [TPU di RW. 002], konon ketika
dibabad ada alur sungai kecil yang ada ikan blenduk (ikan gabel) dengan karakter ikan ini suka mengendus setelah makan
diam di tempat dan mencari lagu setelah lapar. Hewan ini bersifat bergerombol
dalam satu rumpun tidak jauh dari induknya. Tidak punya ulah yang
bermacam-macam. Di sini juga ada pertabatan yang disebut Mbah Galunggung
[dengan makam di tengah-tengah wilayah RW. 001], sampai sekarang masih ada
untuk dikenang oleh masyarakat sekitar. Mbah Galunggung dikenal suka hiburan
kesenian, dulu kala tempat ini dikenal sebuah pasar dan beliau meninggal di
sebuah pasar yang sedang ada kesenian tayub dan kemudian dikebumikan di sini.
3)
Dusun Karang Tepung
Konon, dahulu Dukuh
Karang Tepung yang dulu berupa alas kecil yang angker, dibabad oleh Mbah Buyut
Kopek dan juga dulu daerah in dinamai Grecek, kata grecek ini berasal dari sumuran yang berada di glugon yang
mengeluarkan air berbunyi krecek-krecek, dan kebiasaan orang Jawa untuk lebih
mudah pengucapan menjadi grecek. Dan
perlu diketahui bahwa daerah ini ketika sekitar tahun 1940 terjadi tukar guling
antara Sikayu dengan Lemahduwur. Dan konon cerita hutan ini ketika dibabad ada
seekor kera, daerah ini karakteristiknya adalah orang-orangnya suka bepergian
tidak suka menetap didaerah atau pergi ke suatu tempat untuk mencari makanan,
dengan cara bergerombol. Sifatnya berpencar mencari sesuatu yang diinginkan,
acuh tidak suka usil dengan urusan orang lain, bebas tidak suka dikekang, suka
mengeluarkan pikiran dan emosi.
b. Sejarah Desa
1)
Sejarah Pemerintahan Desa
(1)
MANGKUHARJO
(2)
KOMALI
(3)
ABU YAMIN
(4)
SUKARDI
(5)
MADAKRAM
(6)
YASAM
(7)
WALUYOWATI
(8)
HM. JABIR HUDA AL-MANSYUR
(9)
SUGENG WIDODO sampai sekarang
Bahwa konon cerita
pada jaman kepemimpinan Mbah Komali ada dua Kepala Desa Karang Tepung, yaitu :
Ø
Tidak diketahui.
Ø
Mbah SURA.
Ø
Mbah SETRA.
Ø
Mbah MANGKUHARJO, pada jaman Belanda.
Ø
Mbah KOMALI, pada jaman pendudukan Belanda.
Ø
Mbah ABU YAMIN, pada jaman pendudukan Jepang.
Ø
Mbah SUKARDI, pada jaman pendudukan Belanda
kedua (NICA).
Ø
Mbah MADAKRAM, pada tahun 1950 dan perlu
diketahui bahwa Mbah Madakram jadi Kepala Desa bersamaan dengan Pembangunan
Sier Kali Kagol, Pemerintahan beliau sampai dengan tahun 1979.
Ø
Mbah YASAM, pada tahun 1980 sampai dengan tahun
1986.
Ø
Mbah Putri WALUYOWATI, pada tahun 1989 s/d 1999.
Ø
Mas HM. JABIR HUDA AL-MANSYUR, pada tahun 1999
s/d 2006.
Ø
Mas SUGENG WIDODO, pada tahun 2007 sampai
sekarang.
2)
Sejarah Pembangunan
Pada masa penjajahan
Belanda, Jepang dan Belanda kedua di Lemahduwur belum ada pembangunan, SR
(Sekolah Rakyat) yang hanya sampai kelas 3 (tiga), itupun sekolah masih
menumpang di masyarakat yang mampu ketika itu, setela itu didirikan sekolah SR
yang dibangun dengan sangat sederhana, dibuat dengan dinding dari bambu dan
atap dari daun kelapa atau jerami. Setelah pengalihan Pemerintahan Ordelama ke
Ordebaru kurang lebih tahun 1970-an baru dirintis sekolah-sekolah terbuat dari
dinding bata. Setelah tahun 1977 ada INPRES dan juga saat itu mulai ada
pembangunan Jaringan Irigasi dari Sempor dengan upah berupa blugur dan sarden.
Pada masa
pemerintahan Kepala Desa Yasam (1980-1986), pada awal pemerintahan Mbah Yasam
ada pembangunan ABRI MASUK DESA (AMD) yaitu Pembangunan jalan Desa antara Pertigaan
RW. 02 sampai ke SDN Lemahduwur dan juga Pemerintah Desa berhasil membangun
Gedung Pemerintah Desa yang disebut Balai Desa Lemahduwur. Dalam Pembangunan
dilanjutkan oleh Kepala Desa Ibu Waluyowati, pada pemerintahan tersebut ada
proyek Padat Karya yaitu Pembangunan Saluran Irigasi maupun Daenase yang ada di
Desa Lemahduwur, pada tahun 1989 sampai dengan 1992 serta rehab Balai Desa,
Gedung PKK Desa dan Gedung Kios PUPUK. Pada tahun 1999 sampai dengan 2006,
pembangunan dilanjutkan oleh HM. Jabir Huda Al-Mansyur yaitu Makadam Jalan
Musholla, rehab sekolah SD yang ambruk pada tahun 2001, dan betonisasi jalan.
Hingga tahun 2008 oleh Kepala Desa Sugeng Widodo makadam jalan, pengaspalan
jalan, talud pengaman jalan Desa. Dan rehab gedung TK Tunas Harapan Desa
Lemahduwur.
Sumber : Arsip Desa Edited : Dory P. Ramadhan
Sumber : Arsip Desa Edited : Dory P. Ramadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kritik & Saran, ditunggu :